jam

<a href=http://zawa.blogsome.com>Zawa Clocks</a>

tahap-tahap pembelajaran musikalisasi puisi

  1. Tahap Pembacaan Puisi
Pada tahap pembacaan puisi ini, siswa diajak membaca puisi secara keseluruhan dengan memperhatikan teknik baca puisi. Salah satu siswa diberi tugas membaca puisi dengan teknik yang sudah pernah diajarkan dengan memperhatikan nada, irama, rima, intonasi, serta artikulasi yang tepat. Dipilih puisi yang pendek serta relatif mudah memahami isi yang terkandung di dalamnya. Puisi yang bertemakan pahlawan sangat disenangi oleh anak-anak usia SD sampai SMP, ambillah contoh sajak “Karangan Bunga” karya Taufiq Ismail atau sajak “Pahlawan Tak Dikenal” karya Toto Sudharto Bachtiar. Pengamatan guru (pengamat) dipusatkan selain pada teknik pembacaan puisi juga pada sikap, minat, serta motivasi siswa dalam mendengarkan pembacaan puisi tersebut. Jika terdapat kegaduhan atau ketidakacuhan siswa berarti siswa tidak berminat terhadap teknik seperti ini, walaupun demikian kegiatan ini harus tetap dilangsungkan. Dalam memberikan motivasi terhadap siswa, seyogianya dihindarkan cara-cara pemaksaan dan tugas terlalu berat karena akan semakin menjauhkan siswa dari puisi.
  1. Tahap membaca nada dan melodi
Kegiatan inti dari musikalisasi puisi adalah mengekspresikan puisi dengan menyanyikan bait-bait puisi yang diapresiasi. Disebutkan di depan bahwa kegiatan paling mudah dalam mengapresiasi puisi melalui metode musikalisasi puisi adalah mendengarkannya dari kaset rekaman, VCD, atau perangkat elektronik lainnya. Dewasa ini sangat mudah mencari rekaman grup Bimbo, Ebiet G Ade, atau grup-grup musik lain dengan mengambil dari internet (download), jika sulit menemukan rekaman dalam bentuk kaset. Namun demikian, akan lebih lengkap jika kepada siswa juga disajikan teks lagu (partitur musik) dari puisi yang diapresiasi. Dalam hal ini, (seandainya guru bahasa Indonesia tidak terampil membaca notasi musik), dapat melibatkan guru musik yang mempunyai kompetensi di dalam membaca nada/melodi lagu.
Tahap membaca nada/melodi ini seperti layaknya mengajarkan lagu dengan menggunakan notasi, baik notasi balok maupun notasi angka. Karena kepentingannya untuk menyanyikan lagu, lebih baik menggunakan notasi angka. Selain efisien, juga mudah mengajarkannya. Baris demi baris siswa diajak menyanyikan melodi dengan teknik solmisasi, hingga keseluruhan lagu. Pada tahap ini akan dijumpai perubahan sikap siswa, dan pengamat seyogianya mencatat setiap perubahan, perkembangan yang dialami siswa (apresian).
  1. Tahap menyanyikan puisi
Jika melodi lagu sudah dikuasai, tahap berikutnya adalah menyanyikan puisi sesuai melodi. Kegiatan ini dilakukan dengan membagi dua kelompok. Kelompok satu menyanyikan melodi, sedangkan kelompok lainnya menyanyikan syairnya secara bergantian.
  1. Tahap memaknai isi puisi
Menjelang akhir pembelajaran siswa diajak untuk mendengarkan (mengapresiasi) puisi yang sudah dinyanyikan dari kaset rekaman (Bimbo, Ebiet G Ade, buatan MGMP). Kemudian pengalaman apa yang diperoleh siswa setelah mendengarkan (atau bahkan melakukan sendiri) melodisasi puisi.
E. Kendala Yang Dihadapi
Setiap metode pembelajaran selalu dihadapkan pada masalah dalam penerapannya. Kendala yang dihadapi dalam metode pembelajaran melagukan puisi ini adalah tidak semua guru bisa membaca melodi. Jika demikian yang terjadi, guru bahasa perlu melibatkan guru seni musik yang ada untuk mengajarkan lagu, sedangkan segi pemaknaan adalah hak guru bahasa. Cara paling mudah adalah dengan mendengarkan kaset lagu-lagu yang berisi puisi-puisi, seperti : Bimbo dengan puisi Taufiq Ismail dan Wing Kardjo, Ebiet G Ade dengan puisi-puisinya, dan lain-lain.
Pada bagian akhir tulisan ini, penulis melampirkan teks/partitur berjudul Cintaku Jauh di Pulau, karya Chairil Anwar yang digubah kedalam bentuk lagu oleh FX. Soetopo. Semoga tulisan ini berguna dan bisa dicobakan di sekolah-sekolah.
F. Penutup
Untuk memperoleh hasil yang maksimal, metode pembelajaran melodisasi puisi ini perlu diujicobakan baik di tingkat SD, SLTP dan SMU, mulai tahap mengkhayal hingga pada tahap realistik. Metode ini memang memerlukan keterampilan khusus, terutama kepekaan terhadap nilai seni atau nilai estetika dari para guru bahasa pada umumnya dan bahasa Indonesia khususnya. Penulis juga menyadari, bahwa semua metode memang memerlukan waktu panjang untuk bisa diterapkan, apalagi metode pembelajaran melodisasi puisi ini masih baru dan jarang mendapatkan perhatian dari para guru bahasa mengingat tidak semua guru bahasa mempunyai minat dan perhatian kepada seni musik. Akhirnya, penulis berharap tulisan ini dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi pembelajaran sastra yang selama ini baru mendapatkan porsi yang relatip sedikit.